Kamis, 31 Mei 2012

WISATA SENDANG TAWUN



terletak di Desa Tawun Kec. Kasreman Kab. Ngawi sekitar 7 Km dari pusat kota kearah timur, yang sebagian besar penduduknya adalah Petani dengan jumlah 10 Dusun, antara lain Dsn Tawun 1 sampai 4, kemudian Mencon, Beton, Bugel, Konten, Pucang dan terakhir Dusun "Dari".

Legenda Sendang  Tawun

Kisah berawal pada abad 15. Konon Ki Ageng Tawun (biasa juga di sebut Ki Ageng Mentaun) menemukan Sendang ( Mata Air) yang kemudian diberi nama Sendang Tawun dan Ki Ageng Tawun kemudian menetap disana dan dikaruniai 2 orang anak yaitu Raden Lodrojoyo dan Raden Hascaryo.

Sementara kedua putranya mempunyai kegemaran yang berbeda. Raden Lodrojoyo lebih suka bertani. Sedang Raden Hascaryo lebih condong belajar ilmu Kanuragan (Ilmu Olah Perang) dan berguru pada Raden Sinorowito, putra Kesultanan Pajang, yang kala itu kebetulan sedang berkelana bersama Ki Ageng Tawun dan menetap bersama keluarganya.

Berkat keuletan Olah Keprajuritan, Sultan Pajang berkenan menjadikan Raden Hascaryo sebagai senopati Perang (Panglima). Bagaimanapun, Ki Ageng Tawun akhirnya Gamang hatinya, dan memberikan Pusaka andalannya yang berupa Selendang yang diberi nama Kyai CINDE sebagai bekal dalam pergumulan perang antara Pajang dan Kerajaan Blambangan.

Kembali pada kesederhanaan hidup Raden Lodrojoyo, yang selalu dekat dengan rakyat kecil. Keinginan kuatnya hanya satu, yakni bagaimana caranya agar Mata Air (Sendang) TAWUN yang tak pernah surut airnya meski kemarau panjang ini bisa mengalir di areal persawahan. Karena hanya dengan cara itu, maka kebutuhan air di musim kemarau bisa tercukupi.

Suatu hari yang jatuh pada hari Jum’at Legi pukul 7 malam, dengan memohon ijin Ramandanya, Raden Lodrojoyo, bertekat bulat melakukan Semedi, dengan menjalani TAPA KUNGKUM (Berdo’a sambil merendamkan diri di air), memohon petunjuk pada Tuhan yang Maha Esa agar diberi kemudahan untuk membantu warganya yang kebanyakan kaum petani.

Dan tengah malam, warga dikagetkan dengan suara ledakan yang menggelegar. Berbondong-bondonglah penduduk berhamburan keluar menuju tempat ledakan berasal. Dan terbelalaklah pandangan mereka, begitu mengetahui Sendang TAWUN telah pindah tempat kesebelah utara dengan posisi lebih tinggi dari Areal persawahan Warga sehingga Air mengalir deras menuju persawahan warga.

Namun, keberadaan Raden Lodrojoyo tidak ditemukan. Pencarian dilakukan warga hingga menginjak Hari Selasa Kliwon dan meski sumber mata air dikuras sampai habis, jasadnya tak pernah ditemukan. Dan Untuk mengenang kejadian tersebut, hingga kini di Taman Wisata Tawun selalu diadakan Ritual Adat Bersih Sendang (DUK BEJI) yang selalu tepat mengambil hari Selasa Kliwon dalam setahun sekali. 

OBYEK WISATA SENDANG KEYONGAN



Sendang keyongan terletak di Desa penganten, kecamatan klambu + 17 km ke arah barat laut dari kota purwodadi.
LEGENDA SENDANG KEYONGAN
Alkisah adalah R. Pronocitro putra sunan katong ingin mengabdi dan sekaligus menuntut ilmu kepada sunan mukmin prawoto. sunan mukmin prawoto mempunyai putri. Roro mendut namanya banyak sekali pemuda yang ingin menyuntingnya, tetapi tidak ada yang berkenan di hati roro mendut.
            Dengan datangya R.Pronocitro tertambatlah hati Roro Mendut kepadanya. begitu pula perasaan yang melanda hati R.Pronocitro, sehingga jadilah kedua sejoli tersebut memadu kasih dengan sembunyi-sembunyi karena sunan prawoto tidak menyutujui cinta kasih anaknya dengan R. Pronocitro hanyalah seorang abdi sehingga tidak pantas apabila menjadi suami Roro Mendut. Meskipun dilarang dengan keras oleh Sunan Prawoto, namun tidak mengoyahkan hubungan cinta kasih dua anak manusia yang sedang di landa asmara tersebut. berbagai cara di tempuh oleh keduanya untuk bisa saling berbagi rasa suka maupun duka.
            Suatu saat timbul kerinduan hati R.Pronocitro pada kedua orang tuanya. untuk itu R. Pronocitro meminta ijin kepada sunan Prawoto menengok orang tuanya. dengan senang hati sunan prawoto memberi ijin, karena mungkin dengan cara ini ia dapat memisahkan hubungan cinta kasih putrinya dengan R.Pronocitro. Ternyata dugaan sunan Prawoto jauh meleset, karena diam-diam Roro Mendut dan R.Pronocitro punya rencana untuk pulang ke katong bersama-sama.
            Di tengah perjalanan, R.Pronocitro dan Roro Mendut sepakat untuk mengukuhkan cinta mereka menjadi suami istri. Tempat keduanya melangsungkan pernikahan di sebut Desa penganten.
            Akhirnya, R.Pronocitro dan Roro Mendut sepakat untuk menetap di Desa tersebut. Suatu saat R.Pronocitro berkeinginan untuk membuat tempat ibadah, namun di Desa tersebut sulit mendapatkan sumber air guna bersuci ,tiba-tiba R.Pronocitro berfikir untuk mendapatkan sumber air, tiba-tiba R.Pronocitro melihat ada seekor siput merambat pada batang pohon. timbul pemikiran apabila ada siput tentu di sekitar sini ada airnya R.Pronocitro kemudian menancapkan tongkat saktinya ke tanah. ketika tongkatnya di angkat keluarlah sumber air yang kemudian membentuk sendang, sehingga dinamakan sendang keyongan.
            Kepergian Roro Mendun dan R.Pronocitro membuat sunan mukmin prawoto menjadi berang. maka di kerahkan orang-orangnya untuk mencari anaknya dan membawa kembali ke prawoto.
            Sampailah berita kepada sunan mukmin prawoto bahwa anaknya telah menikah dengan R.Pronocitro. namun Sunan Mukmin tidak mau tau Roro Mendut harus kembali kepada orang tuanya maka diutus lah berapa orang untuk menjemput Roro Mendut ke Desa Penganten. tentu saja Roro Mendut menolak untuk kembali kepada orang tuanya.
            Namun utusan sunan mukmin prawoto terus memaksa karena dia sudah berjanji untuk mendapatkan roro mendut kembali ke pangkuan ayahnya. karena terus di paksa R.Pronocitro menjadi marah sehingga terjadilah perkelahian atara R.Pronocitro dengan utusan sunan mukmin prawoto. sayang dalam perkelahian tersebut R.Pronocitro tertusuk keris dan menemui ajalnya, mendengar suaminya meninggal Roro Mendut ikut bunuh diri dengan menggunakan keris juga karena mereka berdua sudah berjanji untuk sehidup semati.

WISATA BLEDUG KUWU



Objek wisata ini terletak di Desa kuwu, kecamatan kradenan ± 28 km kearah timur dari kota purwodadi . keanehan yang ada di objek wisata ini adalah adanya letupan-letupan lumpur yang airnya mengandung garam, padahal letaknya cukup jauh dari laut. konon menurut cerita rakyat, keanehan di sebabkan adanya lubang yang menghubungkan tempat itu dengan laut selatan. lubang itu sendiri terjadi dari perjalanan joko linglung anak aji saka yang berwujud seekor naga. dari laut selatan menuju kerajaan medang kamolan.

LEGENDA BLEDUG KUWU
Alkisah pada sebuah kerajaan medang kamolan diperintahkan oleh dewata cengkar, terkenal sangat kejam dan angkara murka. kegemaran raja itu bersantap darah dan daging manusia, sehingga rakyatnya selalu di cekam dengan rasa cemas dan ketakutan. kebiasaan bersantap darah dan daging manusia bermula dari kejadian terpotongnya jari juru masak kerajaan, sehingga jari dan darah secara tak sengaja tercampur dalam masakan. ketika raja sedang bersantap, dia menjadi heran karena masakanya terasa enak dan lezat, maka di panggilnya juru masak untuk di minta penjelasan tentang rasa makananya tersebut. dengan rasa takut, juru masak menjelaskan pada rajanya. kemudian sejak saat itu pula raja memerintahkan pada para pengawalnya agar setiap harinya untuk menyediakan darah dan daging manusia untuk di santap. sebagai santapan sang raja. namun sebelum sang raja akan menyantapnya, aji saka mempunyai permintaan pada sang raja. permintaan tersebut bahwa  raja dewata cengkar di minta untuk memegang ujung serban(ikat kepala)  yang di pakainya. setelah ikat kepala mulai dilepas, ternyata ikat kepala tersebut menjadi panjang sekali, sehingga sampailah dewata cengkar berada di tepi laut selatan (segoro kidul). maka seketika itu pula aji saka mengibaska ikat kepalanya tersebut dan menyebabkan dewata cengkar tersebut masuk di laut selatan yang kemudian berubah menjadi bajul putih.
 Setelah meninggalkan prabu dewata cengker, rakyat menjadi senang  dan aji saka dia angkat sebagai raja medang kamolan. pada saat raja aji saka sedang berkeliling di daerah kerajaanya , beliau singah di rumah penduduk. kebetulan waktu itu ada anak perawan yang sedang menumbuk padi .melihat jarit anak perawan tersebut tersingkap ke atas, dan kelihatan betis dan pahanya yang mulus, maka meneteslah air mani aji saka jatuh ke tanah kemudian air mani tersebut di patuk oleh seekor ayam. ayam tersebut bertelur dan tiba saatnya menetas menjadi seekor ular naga yang bisa berbicara. merasa ular tersebut masih keturunan aji saka, maka dia pergi menghadap sang raja di kerajaan. sebagai raja yang bijaksana maka ular naga tersebut akan di akui. sebagai anaknya apabila dapat mengalahkan musuhnya yaitu bajul putih yang berada di laut selatan. maka berangkatlah sang naga tersebut memenuhi perintah ayahnya.
Setelah berhasil membunuh bajul putih, maka naga tersebut pulang ke medang komolan dengan melalui jalan di bawah tanah. ketika perjalanan di rasa sampai, dia muncul di permukaan antara lain di desa jono, kecamatan tawang harjo karena belum menemukan tempat yang di tuju kemudian meneruskan perjalananya menjadi bingung karena belum menemukan ayahnya, sehingga dinamakan” joko linglung”.
Tempat-tempat munculnya joko linglung sampai sekarang airnya terasa asin, sehingga oleh penduduk setempat dapat di manfaatkan untuk pembuatan garam. dan untuk terakhir kalinya joko linglug muncul di desa kuwu kecamatan kradenan. di tempat inilah joko linglung beserta lelembut yang di kalahkan beristrirahat. di tempat ini ki joko linglung tidak di senangi oleh warga setempat karena sering memangsa ternak penduduk. ketika raja aji saka mendengar hal tersebut maka di perintahkanya joko linglung betapa di suatu tempat dan tidak diperbolehkan makan apapun kecuali yang masuk ke dalam mulutnya sendiri.
Kembali joko linglung memenuhi perintah sang ayah untuk betapa dengan membuka mulutnya lebar-lebar. karena sudah betapa terlalu lama, mulut joko linglung akhirnya menyerupai sebuah goa.
Konon cerita, ada 10 anak pencari rumput, berhubung yang seorang berpenyakit kudis, maka dia di kucilkan teman-temanya. ketika mereka sedang mencari rumput, tiba-tiba hujan turun. dengan segera 9 anak tersebut berlindung di dalam goa secara tak sengaja mencabik-cabiknya dengan sabitnya di mulu goa, betapa terkejutnya anak tersebut karena mulut goa tersebut mengeluarkan darah. karena sakit joko linglung mengatupkan mulutnya sehingga termakanlah sembilan anak pencari rumput tersebut. sampai sekarang munculnya joko linglung di Desa kuwu, kecamatan kradenan sampai sekarang menimbulkan letupan-letupan sangat besar dan bersuara “bledug”, maka oleh penduduk setempat dinamakan bledug kuwu dan airnya dapat di manfaatkan untuk membuat garam.

WISATA SENDANG BULUSAN


Tempat wisata ini terletak di Desa jipang penawangan ± 18 km dari kota purwodadi . wisata ini adalah satu-satunya sendang yang mempunyai daya tarik tersendiri untuk para wisatawan, karena sendang ini terdapat beberapa ekor bulus (kura-kura) yang hidup secara bebas dan turun menurun menurut kepercayaan masyarakat di sekitarnya, bulus-bulus itu di keramatkan, sehingga orang tidak berani menggangu atua mengusik kehidupanya.

                LEGENDA SENDANG BULUSAN
Menurut cerita sendang bulusan terjadi pada waktu Ario Penangsang menembus dosanya karena kesalahan. pada waktu demak bintoro di perintah oleh hadiwijoyoalias joko tngkir, bupati jipang panolan bernama Ario Panangsang merasa sakit hati karena dirinya yang memrintah kesultanan demak bintoro, padahal dia merupakan keturunan dari demak. Ario Penangsang protes kepada sunan jafar sodiq di kudus dengan maksud mengantikan sultan hadiwijoyo kalau perlu membunuhnya. sunan kudus akhirnya menyangupi permintaan Ario Penangsang.
                Dengan kelicikan yang dia miliki, suna kusdus bermaksud mengundang sultan hadiwijoyo dan ario penangsang untuk mengadakan saraseha guna mengembangkan ilmu-ilmu kesaktian mereka. yang pada dasarnya adalah tipuan balaka guna mempermudah jalanya untuk menyingkirkan sultan hadiwijoyo.
                Sultan kudus menyediakan dua buah tempat duduk. yang satu untuk ario penangsang dan satunya lagi untuk hadiwijoyo. namun ario penangsang sudah di beritahu sunan kudus bahwa kursi yang satunya sudah diberi rajah, apabila sultan hadiwijoyo datang. kursi tersebut biar di duduki maka akan hilang kesaktianya dan tak lama lagi kemudian akan meninggal dunia. sehingga tercapai keinginan ario penangsang untuk menjadi sultan demak bintoro.
                Sultan hadiwijoyo alias joko tingkir datang dengan ki ageng pemanahan. namun kedatangannya sudah di ketahui ario penangsang guna mengatur rencana busuknya. ketika sultan hadiwijoyo dan rombongan dipersilahkan duduk dikursi yang telah di sediakan oleh sunan kudus di tolak oleh ki ageng pemanahan karena ki ageng pamenahan sudah mengetahui bahwa kursi yang akan diduduki oleh sultan hadiwijoyo sudah diberi rajah terlebih dahulu. berulang kali sunan kudus mempersilahkan duduk tapi di tolak. karena sudah merasa mempunyai senjata setan kober. Ario penangsang lupa menduduki kursi yang telah di beri rajah tersebut, sehingga hilanglah semua kesaktianya.
                Ketika saresehan telah selesai maka ario penangsang di marahi oleh sunan kudus karena rencananya gagal. untuk menghilangkan rajah tersebut maka oleh sunan kudus ario penangsang di perintahnya untuk menebus denga cara menjalankan tapa dengan jalan nungsang.
                Ario Penangsang tiba di tempat yang di tunjuk oleh sunan kudus guna menjalankan bertapa. sesampainya disana ario penangsang melihat ada sebuah sendang, dimana sendang tersebut dulunya di buat oleh sunan kalijogo sewaktu sunan kalijogo dan rombonganya mengaadakan perjalanan dan bermaksud mencari air untuk menjalankan ibadah sholat. timbul pikiran ario penangsang untuk kembali pulang ke jipang panolan guna mengambil sepasang bulus untuk dipelihara di sendang tersebut.
                Bulus-bulus tersebut berkembang biak dengan pesat dan akhirnya ario penangsang memerintahkan kaki keras dan nini keras untuk merawat sendang dan bulus tersebut. sendang tersebut akhirnya dinamakan “sendang bulusan”, sendang tempat sendang itu berada, dinamakan Desa” jipang”, mengambil dari nama asal ario penangsang yaitu “jipang panolan”.

WISATA SENDANG COYO



Terletak di Desa MLOWOKARANGTALUN, kecamatan pulokulon ±26 km ke arah tengara kota purwodadi. merupakan objek wisata yang berada di tenggah hutan jati, dengan panorama lam yang indah dan segar. setiap bulan suri/ muharram pada kamis kliwon malam jum’at legi selalu di adakan upacara tradisi yang di lanjutkan dengan mandi bersama dis ending untuk mendapatkan berkah awet muda.

LEGENDA SENDANG COYO
                 Alkisah prabu anglingdarmo Raja malowopati, seorang raja yang arif dan bijaksana. yang mempunyai ilmu bisa mendengar percakapan berbagai macam binatang.
                Ketika prabu angling darma sedang bercanda dengan isterinya dewi setyawati, tiba-tiba tersenyum mendengar cicak jantan merayu cicak betina. dei setyawati tersinggung karena dia mengira suaminya mencibir dirinya, dewi setyawati marah dan mengancam akan membakar diri apabila tidak diberi penjelasan yang membuat suaminya tersenyum.
                Suaminya kemudian menjelaskan bahwa dia bisa mendengar percakapan berbagai binatang, dewi setyawati menjadi tertarik dan berkeinginan memiliki ilmu tersebut. namun di tolak oleh prabu anglingdarmo karena di samping tidak tahu cara mrnurukan ilmu tersebut dia juga sudah di pesan oleh gurunya bahwa ilmu tersebut hanya dapat dimiliki oleh dirinya sendiri. dewi setyawati bukanya mengurungkan permintaanya melainkan betul-betul akan melaksanakan ancaman karena prabu anglingdarmo mencintai istrinya maka dia putuskan untuk bakar diri berdua.
                Kobaran api sudah menyala-yala pangung untuk menerjunkan dewi setyawati dan prabu anglingdarmo sudah dipersiapkan. rakyat berduyun-duyun memenuhi alun-alun untuk menyaksiakn raja dan permaisurinya melakukan bakar diri. dewi setyawati menerjunkan diri dalam kobaran api. ketika giliran prabu anglingdarmo, tiba-tiba dia mendengar lecehan dari seekor kambing.  kambing tersebut memakinya sebagai seorang raja yang bodoh karena masalah kecil mau menuruti ancaman istrinya yang tidak masuk akal. prabu anglingdarmo tersadar, segera dia berlari mencri air utuk memadamkan api  yang sudah membakar istrinya. namun air sulit di dapat, maka prabu anglingdarmo membuat sendang yang airnya begiti derasnya untuk memedamkan kobaran  api .
                Sendang tersebut kemudian di jaga oleh pengawal kerajaan yang bernama Gabusrowo yang pandai mengapung seperti gabus.  penganti gabusrowo adalah ki demang kepalang. untuk mengabdikan sendang tersebut ki demang kepalang puasa 40 hari 40 malam yang di mulai pada hari anggara kasih (selasa kliwon) yang berahir pada hari sukro manis (jum’at legi). selesai puasa ki demang kepalang karena dia merasakan tubuhnya segar dan wajahnya seolah-olah bercahaya oleh penduduk setempat ahirnya sendang tersebut dinamkan” sendang caya” yang diambil dari kata cahaya yang berarti bersinar. 

WISATA API ABADI MRAPEN



Terletak di tepi jalan raya purwodadi – semarang berjarak ± 27 km dari kota purwodadi  ke arah barat. Tepatnya di desa mangarmas, kecamatan godong . Di komplek ini terdapat beberapa keanehan alam yang dapat dinikmati,yaitu :
Ø  API ABADI
Ø  SENDANG DUDO
Ø  BATU BOBOT

LEGENDA API ABADI MRAPEN
Kata mrapen di ambil dari kata prapen yang artinya perapian. Alkisah setelah tentara demak mengalahkan tentara girindrawardana yang mencoba menguasai Kerajaan Majapahit, maka banyak rakyat yang dengan suka rela masuk agama Islam yang disiarkan oleh Sunan Kalijogo. Seua barang yang beharga di pindahkan ke kerajaan demak. berhubungan barang sangat banyak maka rombongan di bagi dua. yang melalui darat di pimpin oleh sunan kalijogo, sedang yang melalui air di pimpin oleh sunan bonang. dapat kita bayangan betapa susahnya perjalanan yang di tempuh oleh sunan kalijogo beserta rombonganya yang di lalui masih berupa hutan lebat disertai beban yang tidak sedikit jumlahnya.
                Sesampainya sunan kalijogo dan rombingan pada suatu tempat untuk beristirahat karena anak buahnya  sudah banyak yang lelah dan haus. karean tidak ada sumber air di tempat tersebut maka sunan kalijogo mencari sumber air dengan menancapkan tongkatnya. ketika tongkat di cabut maka keluarlah airnya. dengan senang hati seluruh rombongan segera minum dan mandi sepuasnya.  ketika malam mulai menjelang, rasa lapar dan dingin mulai di rasakan oleh selruh rombongan. untuk yang kedua kalinya sunan kalijogo menancapkan tongkatnya untuk mendapatkan api guna memasak dan menghangatkan badan. Ketika tongkat di cabut maka keluarlah apinya. sampai sekarang sumber air dan api masih ada, untuk sumber airnya dinamakan oleh penduduk setempat dengan “sendang dudo” sedangkan sumber apinya dikenal dengan “Api Abadi Mrapen”. Karena api ini selalu menyala baik siang maupun malam dalam segala cuaca.
Esok harinya ketika sunan bermaksud melanjutkan perjalanan, tiba-tiba salah seorang anak buahnya berteriak karena ada emas berada di atas bunga kelapa (manggar), oleh sunan kalijogo kemudian di jelaskan bahwa itu bukanlah emas melainkan tetes embun yang berkilauan karena terkna sinar matahari. tempat tersebut oleh sunan kalijogo kemudian di namakan Desa ManggarMas.
Ketika rombongan siap berangkat salah seorang anak buahnya sunan kalijogo merasa keberatan dengan barang bawaanya, oleh sunan kalijogo kemudian di perkenankan agar barang tersebut di tinggal saja di tempat itu. ada pun barang tersebut berupa batu ombak yang oleh penduduk setempat  kemudian dinamakan “Batu Bobot”, dan  dipercaya mempunyai nilai religi, batu tersebut yaitu untuk menimbang apakah usaha yang akan dilakukan orang yang mengangkat batu tersebut bisa berhasil atau tidak.
                Joko Supo yang oleh Sunan Kalijogo diberigelar empu karena sangat ahli dalam membuat keris diperintahkan oleh Sunan Kalijjogo untuk membuat keris sebanyak-banyaknya guna menjaga pertahanan kerajaan demak. Adapun daerah yang dipilih oleh Sunan Kalijogo untuk membuat keris tersebut Mrapen di Desa Manggarmas, karena di daerah tersebut telah memenuhi syarat untuk dijadikan sebagai tampat pembuatan keris Sendang Dudo akhirnya digunakan untuk menyepuh lempengan-lempengan besi, sedang api abadi digunakan untuk membakar lempengan besi dan Batu Bobot untuk alas pembuatan keris.
                Konon menurut cerita dulu air tersebut berwarna bening, namun karena digunakan oleh Empu Supo untuk mencuci keris buatannya. Maka air yang ada di Sendang Dudo tersebut menjadi keruh dan seperti mendidih tetapi tidak panas.