Minggu, 02 Desember 2012

Tugas Proposal Metode Riset


BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1. Hasil Penelitian Terdahulu
Pengambilan penelitian terdahulu bertujuan untuk mendapatkan bahan perbandingan dan acuan. Selain itu, untuk menghindari anggapan kesamaan dengan penelitian yang telah dilakukan. Maka dalam kajian pustaka ini peneliti mencantumkan hasil-hasil penelitian terdahulu, seperti tercantum dalam tabel berikut:

Tabel 2.1 Perbedaan antara Penelitian Terdahulu dengan Penelitian Sekarang
Peneliti
Judul
Variabel
Alat Analisis
Hasil
Vahirna Rahmawati
Pengaruh mutu pelayanan terhadap keputusan masyarakat dalam memilih rumah sakit ibu dan Anak Aminah Blitar
1.       Tangible
2.       Reliability
3.       Responsivenes
4.       Assurance
5.       Empaty
Uji validitas, uji reliabilitas, oengujian koefisien, persamaan regresi
Kualitas jasa secara parsial dan simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan pelanggan sedangkan variabel yang dominan variabel empati.
Syaiful Hurri
Pengaruh kualitas pelayanan terhadap keputusan menginap di hotel Pelangi Malang
1.       Tangible
2.       Reliability
3.       Responsivenes
4.       Assurance
5.       Empaty
Uji validitas, uji reliabilitas, regresi berganda, dan pengujian koefisien persamaan regresi
Kualitas pelayanan mempengaruhi keputusan menginap konsumen.
Wiwit Pujiastuti
Pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan pengguna
1.       Technical quality
2.       Functional quality
3.       Corporate image
Uji validitas, uji reliabilitas, regresi berganda, dan pengujian koefisien persamaan regresi
Kualitas pelayanan mempengaruhi kepusan penggunaan Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Cepu
Sumber data diolah oleh peneliti

Adapun perbedaan antara penelitian yang terdahulu dengan penelitian yang akan dilakukan terletak pada variabel dan lokasi penelitian yang dipilih. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Vahima Rahmawati (2002) dan Syaiful Hurri (2003), menggunakan variabel dari kualitas pelayanan memiliki pengaruh yang cukup kuat terhadap keputusan konsumen. Dari kedua penelitian terdahulu tersebut, lokasi penelitian yang diambil berbeda dengan lokasi penelitian yang akan dilakukan, yaitu di RS PKU Muhammadiyah Cepu, Blora.

2.2. Kajian Teoritis
2.2.1. Jasa

1. Pengertian jasa
Jasa merupakan fenomena yang rumit (complicate), kata jasa mempunyai banyak arti dan ruang lingkup, dari kata yang paling sederhana yaitu berupa pelayanan dari seseorang kepada orang lain. Jasa adalah setiap tindakan atau aktivitas dan bukan benda, yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya bersifat intangible (tidak berwujud fisik), konsumen terlibat aktif dalam proses produksi dan tidak menghasilkan kepemilikan sesuatu.
2. Karakteristik jasa
Ada tiga karakteristik pokok pada jasa yang membedakannya dengan barang menurut griffin (1996) dalam Lupiyoadi dan Hamdani (2006:6).
Ketiga karakteristik tersebut meliputi:
a. Intangibility (tak berwujud)
Artinya tidak dapat dilihat, dirasa, diraba, dicium, atau didengar sebelum dibeli. Nilai penting dari hal ini adalah nilai tak berwujud yang dialami kenyamanan.
b. Unstorability (tidak dapat disimpan).
Artinya jasa tidak mengenal persediaan atau penyimpanan dari produk yang telah dihasilkan. Karakteristik ini disebut juga Inseparability (tidak dapat dipisahkan), mengingat pada uumnya jasa dihasilkan dan dikonsumsi secara bersamaan.konsumen dalam bentuk kenikmatan,kepuasan atau kenyamanan.
c. Customization (kustomisasi)
Artinya jasa sering kali didesain khusus untuk memenuhi kebutuhan pelanggan.
Sedangkan karakteristik jasa menurut Lovelock dan Gummesson dalam Tjiptono (2005:22) ada empat karakteristik jasa diantaranya yaitu:
a. Intangibility
Jasa berbeda dengan barang. Bila barang merupakan suatu objek, alat, material atau benda. Maka jasa justru merupakan suatu perbuatan,tindakan, pengalaman, proses, kinerja, atau usaha (Berry, 1980). Bila barang dapat dimiliki maka jasa hanya dapat dikonsumsi tapi tidak dapat dimiliki. Esensi dari apa yang dibeli pelanggan adalah kinerja yang diberikan oleh pihak tertentu kepada pihak lainnya.
b. Heterogeneity/Variability/Inconsistency
Jasa bersifat sangat variabel karena merupakan non-standardized output, artinya terdapat banyak variabel bentuk, kualitas, dan jenis, tergantung pada siapa kapan dan di mana jasa tersebut diproduksi.
c. Inseparability
Barang biasanya diproduksi terlebih dahulu, kemudian dijual, baru dikonsumsi. Sedangkan jasa umumnya dijual terlebih dahulu, baru kemudian diproduksi dan dikonsumsi pada waktu dan tempat yang sama.
d. Perishability
Jasa merupakan komoditas yang tidak tahan lama, tidak dapat disimpan untuk pemakaian ulang di waktu datang, dijual kembali atau dikembalikan.

3. Klasifikasi jasa
Berdasarkan tingkat kontak konsumen, jasa dapat dibedakan ke dalam kelompok sistem kontak tinggi (high-contack system) dan sisitem kontak rendah (low-contact system). Pada kelompok sistem kontak tinggi, konsumen harus menjadi bagian dari sistem untuk menerima jasa. Contoh: jasa pendidikan, rumah sakit, dan transportasi. Sedangkan pada kelompok sistem kontak rendah, konsumen tidak perlu menjadi bagian dari sistem untuk menerima jasa. Contoh: jasa reparasi mobil dan jasa perbankan.
Berdasarkan kesamaannya dengan operasi manufaktur, jasa dapat dibedakan menjadi menjadi tiga kelompok: jasa murni, jasa semi manufaktur dan jasa campuran. Jasa murni merupakan jasa yang tergolong kontak tinggi, tanpa persediaan atau kata lain tampak berbeda dengan manufaktur. Sedangkan jasa semimanufaktur merupakan jasa yang tergolong kontak rendah, memiliki kesamaan dengan manufaktur, dan konsumen tidak harus menjadi bagian dari proses produksi jasa. Dan jasa campuran merupakan kelompok jasa yang tergolong kontak menengah, yaitu gabungan beberapa sifat jasa murni dan jasa semi manufaktur.

2.2.2. Kualitas Pelayanan
1. Pengertian kualitas pelayanan
Kualitas sebagaimana yang diinterpretasikan ISO 9000 merupakan perpaduan antara sifat dan karakteristik yang menentukan sejauh mana keluaran dapat memenuhi persyaratan kebutuhan pelanggan. Pelanggan yang menentukan dan menilai sampai seberapa jauh sifat dan karakteristik itu memenuhi kebutuhannya (Lupiyoadi, 2006:175). Sedangkan menurut Wyckof dalam Tjiptono (2004:59) kualitas jasa adalah tingkat keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut untuk memenuhi keinginan pelanggan.

2. Dimensi kualitas pelayanan
Ada delapan dimensi kualitas yang dikembangkan Garvin (Tjiptono,1996:68-69) dan dapat digunakan sebagai kerangka perencanaan strategis dan analisis. Dimensi-dimensi tersebut adalah :
a. Kinerja (performance) yaitu karakteristik operasi pokok dari produk inti.
b. Ciri atau keistimewaan tambahan (features) yaitu karakteristik sekunder atau pelengkap.
c. Kehandalan kerusakan atau gagal aplikasi.
d. Kesesuaian dengan spesifikasi (corformance to specification) yaitu sejauh mana karakteristik desain dan operasi memenuhi standart-standart yang ditetapkan sebelumnya.
e. Daya tahan (durability) yaitu berkaitan dengan berapa lama suatu produk dapat terus digunakan.
f. Service ability, meliputi kecepatan, kompetensi, kenyamanan, mudah direparasi serta penanganan keluhan yang memuaskan.
g. Estetika, yaitu daya tarik produk terhadap panca indera.(reliability) yaitu kemungkinan kecil mengalami
h. Kualitas yang dipersepsikan (perceived quality), yaitu citra dan reputasi prodak serta tanggung jawab perusahaan terhadapnya.
 Ada lima dimensi pokok kualitas jasa pelayanan Parasuraman dalam Lupiyoadi (2006:182) yaitu:
1.       Berwujud (tangible), yaitu kemampuan suatu perusahaan dalam menunjukkan eksistensinya kepada pihak eksternal. Penampilan dan kemampuan sarana dan prasarana fisik perusahan yang dapat diandalkan kedaan lingkungan sekitarnya merupakan bukti nyata dari pelayanan yang diberikan oleh pemberi jasa. Hal ini meliputi fasilitas fisik (contoh: gedung, gudang, dan lain-lain), perlengkapan dan peralatan yang digunakan (teknologi), serta penampilan pegawainya.

2.       Kehandalan (reliability), yakni kemampuan perusahaan untuk memberikan pelayanan sesuai dengan yang dijanjikan secara akurat dan terpercaya. Kinerja harus sesuai dengan harapan pelanggan yang berarti ketepatan waktu, pelayanan yang sama untuk semua pelanggan tanpa kesalahan, sikap yang simpatik, dan dengan akurasi yang tinggi.

3.       Ketanggapan yaitu suatu kebijakan untuk memmbantu dan memberikan pelayanan yang cedpat (responsif) dan tepat kepada pelanggan, dengan penyampaian inforasi yang jelas. Membiarkan konsumen menuggu persepsi yang negatif dalam kualitas pelayanan.

4.       Jaminan (assurance), yaitu pengetahuan, kemampuan, dan kesopanan para pegawai perusahaan untuk menumbuhkan rasa percaya para pelanggan kepada perusahaan. Hal ini meliputi beberapa komponen antara lain komunikasi, kredebilitas,keamanan,kompetensi dan sopan santun.

5.Empati (Empathy), yaitu memberikan perhatian yang tulus dan bersifat individual atau pribadi yang diberikan kepada para pelanggan dengan berupaya memahami keinginan knsumen. Dimana suatu perusahaan diharapkan memiliki pengertian dan pengetahuan tentang pelanggan, memahami kebutuhan pelanggan secara spesifik, serta memmiliki waktu pengoperasian yang nyaman dari pelanggan.

Kualitas total suatu jasa terdiri atas tiga komponen utama menurut Gronroos dalam Tjiptono (2004:60) yaitu:

a.       Technical quality, yaitu komponen yang berkaitan dengan kualitas output (keluaran) jasa yang diterima pelanggan. Pelayanan yang berhubungan dengan outcome pelayanan yang meliputi fasilitas fisik,perlengkapan memberikan pelayanan sesuai yang dijanjikan secara akurat, terpercaya, dan memuaskan. Menurut Parasuraman's technical quality dapat diperinci lagi menjadi:
1.        Search quality, yaitu kualitas yang dapat dievaluasi pelanggan sebelum membeli, misalnya harga.
2.        Experience quality, yaitu kualitas yang hanya bisa dievaluasi pelanggan setelah membeli atau mengkonsumsi jasa. Contohnya ketepatan waktu, kecepatan pelayanan, dan kerapian hasil.
3.       Credence quality, yaitu kualitas yang sukar dievaluasi pelanggan meskipun telah mengkonsumsi suatu jasa. Misalnya kualitas operasi jantung.

b.      Functional quality, yaitu komponen yang berkaitan dengan kualitas cara penyampaian suatu jasa. Merupakan sesuatu yang lebih banyak berhubungan dengan proses penyampaian atau bagaimana pelayanan diberikan kepada pelanggan. Yaitu meliputi penyampaian informasi yang jelas, kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi yang baik, perhatian pribadi, dan memahami kebutuhan para pengguna.
c.       Corporate image, yaitu sesuatu yang berhubungan dengan reputasi dari produsen yang menyediakan jasa. Yaitu meliputi sopan santun dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki olej karyawan atau tenaga medis, bebas dari bahaya atau resiko atau keragu-raguan serta penampilan pegawainya.
3.Model kualitas pelayanan
        Ada banyak mdel yang dapat dipergunakan untul menganalisis kualitas jasa. Pemilihan terhadap suatu model tergantung pada tujuan analisis, jenis perusahaan dan situasi pasar. Salah satunya yaitu model kualitas pelayanan parasurraman’s mengindentifikasikan lima Gap yang menyebabkan kegagalan penyampaian jasa :
a.       Gap antara harapan konsumen dan persepsi manajemen.
b.      Gap antara persepsi manajemen terhadap harapa konsumen dan spesifikasi kualitas jasa.
c.       Gap antara spesifikasi kualitas jasa dan penyampaian jasa.
d.      Gap antara penyampaian jasa dan komunikasi eksternal
e.      Gap antara jasa yang dirasakan dan jasa yang diharapkan

4.       Strategi meningkatkan kualitas pelayanan
Banyak faktor yang mempengaruhi strategi dalam kualitas pelayanan. Diantaranya berbagai faktor yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :
a.       Mengidentifikasi determinan utama kualitas jasa dari sudut pelanggan.
b.      Mengelola harapan pelanggan.
c.       Mengelola bukti kualitas jasa untuk memperkuat persepsi pelanggan selama dan sesudan jasa diberikan.
d.      Mendidik konsumen tentang jasa. Untuk membantu pelanggan dalam memahami suatu jasa dalam rangka menyampaikan kualitas jasa.

e.      Mengembangkan budaya yang berkualitas

f.        Menciptakan automating quality dapat mengatasi variabilitas kualitas jasa yang disebabkan kurangnya sumber daya manusia yang dimiliki.

g.       Menindak lanjuti jasa dapat membantu memisahkan aspek-aspek jasa yang perlu ditingkatkan.

h.      Mengembangkan sistem informasi jasa.

5. Harapan konsumen dan Kepuasan Konsumen

a.       Harapan konsumen
Keyakinan pelanggan sebelum mencoba atau membeli suatu produk yang dijadikan standart atau acuan dalam menilai kinerja produk tersebut.
b.      Will Expectation
Yaitu tingkat kinerja yang diperkirakan oleh pelanggan akan diterima berdasar atas informasi yang diterima.
c.       Should Expectation
Tingkat kinerja yang sudah sepantasnya diterima pelanggan.
d.      Ideal Expectation
Tingkat kinerja optimum atau terbaik yang diharapkan dapat diterima oleh pelanggan.

2.2.3. Kepuasan Konsumen
                Kepuasan pelanggan merupakan tingkat perasaan dimana seseorang  menyatakan hasil perbandingan atas kinerja produk atau jasa yang diterima dan diharapkan.
                Apabila ditinjau lebih lanjut, pencapaian kepuasan pelanggan melalui kualitas pelayanan dapat ditingkatkan dengan beberapa pendekatan sebagai berikut :
1.       Memperkecil kesenjangan yang terjadi antara pihak menajemen dan pelanggan.
2.       Perusahaan harus mampu membangun komitmen bersama untuk menciptakan visi di dalam perbaikan proses pelayanan.
3.       Memberikan kesempatan kepada pelanggan untuk menyampaikan keluhan
4.       Mengembangkan dan menerapkan accountable, proactive, dan partnership marketing sesuai dengan situasi pemasaran.


2.3 Hipotesis
                Dugaan sementara ada pengaruh antara variabel kualitas pelayanan terhadap kepuasan pengguna jasa rumah sakit PKU Muhammadiyah Cepu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar