Terletak
di Desa MLOWOKARANGTALUN, kecamatan pulokulon ±26 km ke arah tengara kota
purwodadi. merupakan objek wisata yang berada di tenggah hutan jati, dengan panorama
lam yang indah dan segar. setiap bulan suri/ muharram pada kamis kliwon malam
jum’at legi selalu di adakan upacara tradisi yang di lanjutkan dengan mandi
bersama dis ending untuk mendapatkan berkah awet muda.
LEGENDA SENDANG COYO
Alkisah prabu anglingdarmo Raja malowopati,
seorang raja yang arif dan bijaksana. yang mempunyai ilmu bisa mendengar percakapan
berbagai macam binatang.
Ketika
prabu angling darma sedang bercanda dengan isterinya dewi setyawati, tiba-tiba
tersenyum mendengar cicak jantan merayu cicak betina. dei setyawati tersinggung
karena dia mengira suaminya mencibir dirinya, dewi setyawati marah dan
mengancam akan membakar diri apabila tidak diberi penjelasan yang membuat
suaminya tersenyum.
Suaminya
kemudian menjelaskan bahwa dia bisa mendengar percakapan berbagai binatang,
dewi setyawati menjadi tertarik dan berkeinginan memiliki ilmu tersebut. namun
di tolak oleh prabu anglingdarmo karena di samping tidak tahu cara mrnurukan
ilmu tersebut dia juga sudah di pesan oleh gurunya bahwa ilmu tersebut hanya
dapat dimiliki oleh dirinya sendiri. dewi setyawati bukanya mengurungkan
permintaanya melainkan betul-betul akan melaksanakan ancaman karena prabu
anglingdarmo mencintai istrinya maka dia putuskan untuk bakar diri berdua.
Kobaran
api sudah menyala-yala pangung untuk menerjunkan dewi setyawati dan prabu anglingdarmo
sudah dipersiapkan. rakyat berduyun-duyun memenuhi alun-alun untuk menyaksiakn
raja dan permaisurinya melakukan bakar diri. dewi setyawati menerjunkan diri
dalam kobaran api. ketika giliran prabu anglingdarmo, tiba-tiba dia mendengar
lecehan dari seekor kambing. kambing
tersebut memakinya sebagai seorang raja yang bodoh karena masalah kecil mau
menuruti ancaman istrinya yang tidak masuk akal. prabu anglingdarmo tersadar,
segera dia berlari mencri air utuk memadamkan api yang sudah membakar istrinya. namun air sulit
di dapat, maka prabu anglingdarmo membuat sendang yang airnya begiti derasnya
untuk memedamkan kobaran api .
Sendang
tersebut kemudian di jaga oleh pengawal kerajaan yang bernama Gabusrowo yang pandai
mengapung seperti gabus. penganti gabusrowo
adalah ki demang kepalang. untuk mengabdikan sendang tersebut ki demang
kepalang puasa 40 hari 40 malam yang di mulai pada hari anggara kasih (selasa
kliwon) yang berahir pada hari sukro manis (jum’at legi). selesai puasa ki
demang kepalang karena dia merasakan tubuhnya segar dan wajahnya seolah-olah
bercahaya oleh penduduk setempat ahirnya sendang tersebut dinamkan” sendang
caya” yang diambil dari kata cahaya yang berarti bersinar.
artikel yang bagus min.....lanjutin dengan kisah-kisah yang lain...biar blognya makin maju dan ramai...amin
BalasHapus